Di
Indonesia penyakit diare adalah suatu penyakit yang tidak asing lagi dan
mungkin sudah merakyat di masyarakat. Dari kalangan balita, anak – anak , dewasa,
dan lansia pasti pernah mengalami diare. Tetapi diare sangat banyak dialami
oleh balita dan anak – anak. Diare
menjadi penyebab kematian balita (bayi dibawah 5 tahun) terbesar di dunia menurut
catatan Unicef . Setiap detik satu balita meninggal karena diare, penyakit
diare sering dianggap sepele. padahal ditingkat global dan nasional fakta
menunjukkan sebaliknya. Menurut catatan WHO, diare membunuh dua juta anak di
dunia setiap tahun. Sedangkan di Indonesia, menurut Surkesnas (2001) diare
merupakan salah satu penyebab kematian kedua terbesar pada balita dan mungkin
masih bertambah sampai sekarang seiring berjalannya waktu dan penyebaran virus
yang semakin mudah. Di Indonesia, sekitar 162 ribu balita meninggal setiap
tahun atau sekitar 460 balita setiap harinya .
Diare itu sendiri adalah suatu kondisi dimana
seseorang buang air besar 3 kali atau lebih dalam satu hari dan tinja atau
feses yang keluar berupa cairan encer atau sedikit berampas, kadang juga
disertai darah atau lendir. Penyakit ini disebabkan
oleh infeksi mikroorganisme termasuk bakteri, virus dan parasit lainnya seperti
jamur, cacing dan protozoa. Salah satu bakteri penyebab diare adalah bakteri
Escherichia coli Enteropatogenik (EPEC). Secara klinis penyebab diare dapat
dikelompokkan dalam golongan 6 besar yaitu :
-
Infeksi
-
Alergi -
Keracunan
-
malabsorbsi - Immunodefisiensi
-
Dan
lain –lain (yang sering ditemukan di lapangan diare yang disebabkan infeksi dan
virus)
Berdasarkan jangka waktu terjadinya, diare dibagi
menjadi 2, yaitu diare akut dan kronis. Diare akut yang terjadi sampai dengan 7
hari, kemudian diare melanjut berlangsung 8-14 hari, sedangkan kronis terjadi
lebih dari 2 minggu. Di Indonesia, lebih banyak kasus diare akut dibandingkan
yang kronis. Kenapa penyumbang diare terbesar di Indonesia terjadi pada anak –
anak dan balita? . Hal ini biasanya disebabkan karena daya tahan tubuhnya masih
rendah , sehingga sangat mudah terinfeksi virus. Selain itu sebagian besar
(sekitar 90%) diare disebabkan oleh infeksi rotavirus. Sebagian kecil diare
disebabkan infeksi bakteri, parasit, jamur, pemakaian antibiotik. Sebagian
kecil lagi penyebab keracunan makanan, alergi, faktor psikologis yaitu stres.Dan
pada balita dan anak – anak penularan diare sering terjadi melalui 3F yaitu Finger
(jari), Food (makanan) dan Fly (lalat). Anak-anak sering
memasukkan tangan ke dalam mulut sehingga terkontaminasi virus, dan kadang –
kadang makanan yang tidak habis dan
sudah lebih dari 2 jam,masih diberikan kepada anak – anak dan balita.
Di
Indonesia penyakit diare pada anak dan balita memang selalu berhasil diatasi,
tetapi tidak pernah sampai tuntas.Hal
ini dikarenakan, penyebabnya, 85% diare yang diderita bayi adalah diare akut
yang umumnya tidak berbahaya.Hal tersebut diungkapkan oleh dr.BadriulHegar
SpA(K) PhD, ketua umum pengurus pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Gejalanya,
sering buang air besar yang bentuknya cair, biasanya disertai dengan mual,
demam, sakit perut, dan dehidrasi. Namun, jika bayi Anda yang berusia di bawah
satu bulan mengalami diare berat, Anda tak perlu khawatir. Kata dokter Badriul,bayi
baru lahir sampai menginjak usia satu bulan sering mengalami diare 8–10 kali
sehari. Hal ini wajar karena enzim laktase dalam permukaan usus halus bayi
belum terbentuk dengan sempurna. Artinya, ketika dia mengonsumsi air susu ibu
(ASI) atau susu formula yang kadar laktasenya tinggi, sebagian di antaranya
tidak dapat dihidrolisis atau dipecah. Akibatnya, enzim akan menarik cairan
yang ada di dalam sel.Biasanya, enzim tersebut akan berkembang sempurna dan
berfungsi optimal setelah bayi mencapai usia satu bulan.
Pengobatan
awal yang tepat untuk anak – anak dan balita agar tidak menjadi penyumbang
diare terbesar di indonesia adalah “Jangan dihentikan diarenya “ karena dapat menghambat pergerakan usus. Seolah- olah
diarenya sudah berhenti tetapi di dalam masih berlangsung, efek sampingnya usus
lecet.Tindakan yang penting adalah diberikan cairan khusus anak yang mengandung
elektrolit untuk mencegah terjadinya dehidrasi. Anak yang diare sebaiknya
diberikan cairan yang mengandung elektrolit (natrium, kalium) dan kalori.
Makanan anak harus dikontrol, makanan tetap diberikan tetapi hindari sayuran
karena serat susah dicerna sehingga bisa meningkatkan frekuensi diarenya.
Buah-buahan juga dihindari kecuali pisang dan apel karena mengandung kaolin,
pektin, kalium yang berfungsi memadatkan tinja serta menyerap racun. Orang tua
bisa membuat cairan elektrolit dengan melarutkan 1-2 sendok makan gula dan
garam seujung sendok teh kedalam air putih satu gelas. Untuk kalori bisa
diberikan air tajin, 1 sdm tepung beras 100 cc air dimasak sampai mendidih.Obat
yang boleh diberikan hanya absorben seperti norit, golongan smectite yang
berfungsi menyerap racun. Bisa juga diberikan biakan bakteri hidup seperti
lactobacillus. Antibiotik hanya diberikan pada kasus yang terbukti ada infeksi.
-
Rajinlah mencuci
tangan setelah beraktifitas khususnya pada anak – anak.
-
Pada balita ,
ibu harus sering – sering mengelap tangan anaknya.
-
Jaga kebersihan
makanan dan minuman, serta berikan ASI eksklusif minimal 6 bulan karena ASI
mengandung immunoglobulin,serta lakukan imunisasi campak karena campak bisa
mengurangi terjadinya diare dengan bersarang di mukosa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar